Bantu UMKM Nagari Koto Baru, Mahasiswa KKN Unand Olah Ampas Minyak Tanak Jadi Dodol Cirmin
Beritanda – Koto Baru merupakan salah satu nagari di Padang Pariaman yang menghasilkan kelapa dengan kualitas yang unggul. Nagari yang di juluki sebagai nagari kelapa ini, memanfaatkan kelapa tua menjadi minyak tanak tangan, sebuah minyak kelapa khas yang diolah secara tradisional. Tidak hanya memanfaatkan kelapa sebatas menjadi minyak, tetapi hasil samping dari minyak pun dapat dijadikan suatu olahan khas.
Ampas minyak atau yang biasa disebut masyarakat Koto Baru, Padang Sago sebagai “Cirik Minyak” dapat dijadikan sebagai dodol yang disebut sebagai dodol cirmin.
“Kami ingin memanfaatkan semua bagian dari minyak kelapa ini, termasuk cirik minyaknya. Sayang kalau hanya dibuang, padahal bisa dijadikan dodol yang enak,” ujar bu Titiek, pelaku UMKM di nagari tersebut, kepada Minangsatu, Kamis (30/01/2025).
Menariknya, dalam proses pembuatan minyak tanak tangan ini, sekelompok mahasiswa turut serta membantu dan berinovasi untuk mengoptimalkan hasil olahan.
Bersama Ibu Titiek dan Ibu Ayang sebagai pelaku UMKM, mereka memanfaatkan 80 buah kelapa tua sebagai bahan baku utama. Proses pembuatannya dimulai dari memarut kelapa, lalu diperas hingga menghasilkan santan, dan dicampur dengan dua buah nanas yang telah dihaluskan.
Nah, campuran tersebut didiamkan selama satu jam untuk memisahkan antara santan, air, dan endapan. Setelah proses pemisahan, lapisan atas dimasak selama 3-4 jam hingga terbentuk minyak dan ampas minyak. Minyak ini lah yang disebut sebagai minyak tanak tangan dan ampasnya diproses lebih lanjut menjadi dodol.
Dalam kegiatan ini para mahasiswa KKN UNAND Koto Baru, Padang Sago turut membantu menciptakan inovasi rasa baru dengan menambahkan buah durian.
Dengan memadukan teknik tradisional dan sedikit inovasi, mereka berhasil menghasilkan dodol yang mempunyai cita rasa yang unik dan khas. Inovasi ini tidak hanya menambah nilai ekonomis produk minyak tanak tangan, tetapi juga dapat mengurangi limbah dalam proses produksi.
Dengan memanfaatkan seluruh hasil olahan kelapa, Ibu Titiek, Ibu Ayang, dan para mahasiswa berhasil menciptakan produk yang lebih bernilai dan digemari oleh masyarakat.
(MA)