Beritanda.net – Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Dharmasraya Tahun 2026 menghadapi tantangan serius setelah Pemerintah Pusat melakukan pemotongan Dana Transfer ke Daerah (TKD) sekitar 20 hingga 25 persen.
Pemangkasan ini menyebabkan ruang fiskal daerah menyempit drastis, sehingga hanya tersisa sekitar 2,2 persen dari total APBD untuk kegiatan pembangunan produktif.
Kondisi tersebut mendorong pemerintah daerah untuk melakukan penyesuaian orientasi anggaran. Meski belanja pegawai di atas 50 persen dari total anggaran, kondisi ini bukan akibat pembengkakan beban ASN, melainkan dampak dari menurunnya pendapatan daerah yang membuat komposisi belanja wajib tampak dominan. Sehingga secara persentase kelihatan lebih besar, padahal jumlah anggarannya tidak melebihi angka tahun 2025
Pemerintah daerah menegaskan bahwa belanja pegawai merupakan kewajiban konstitusional yang tidak dapat ditunda, sehingga efisiensi pada pos lain menjadi satu-satunya cara agar pembangunan tetap berjalan.

Pada rapat paripurna DPRD Dharmasraya dengan agenda menjawab Pandangan Umum Fraksi, Bupati Annisa menyampaikan, kebijakan anggaran Tahun 2026 akan mengikuti prinsip money follows program.
“Dengan demikian, setiap rupiah dalam APBD harus memberikan manfaat nyata bagi masyarakat, selaras dengan RPJMN 2025–2029 yang menargetkan penurunan kemiskinan, peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), serta pertumbuhan ekonomi berkelanjutan,üngkap Bupati Annisa, Jum’at (21/11/2025) di Pulau Punjung.
Bupati Annisa menegaskan, pengetatan anggaran dilakukan secara serius, terutama pada belanja perjalanan dinas dan kegiatan seremonial. Melalui Surat Edaran Bupati, perjalanan dinas dipangkas hingga 25 persen, sementara kegiatan seremonial dan rutinitas nonproduktif dipotong 50 persen agar anggarannya dapat dialihkan kepada program prioritas.
Untuk memastikan pembangunan merata, Pemerintah akan menerapkan sistem scoring dalam menyeleksi usulan Musrenbang senilai Rp2 triliun.
“Setiap usulan akan dinilai berdasarkan dampaknya terhadap ketahanan pangan, pengurangan kemiskinan, dan penciptaan lapangan kerja bagi masyarakat,”tegasnya.
Disebut, Pemerintah mengakui adanya tantangan fiskal pada tahun depan, dengan ruang pembangunan yang hanya 2,2 persen dari total APBD. Namun, komitmen untuk memprioritaskan kepentingan rakyat tetap dikedepankan melalui rasionalisasi belanja tidak produktif serta penguatan belanja modal yang menyentuh kebutuhan dasar masyarakat.
Menurut Bupati, langkah ini mungkin tidak menyenangkan sebagian pihak, namun merupakan keputusan mendesak untuk memastikan anggaran tidak mengalir ke kegiatan yang tidak relevan. Ia menegaskan bahwa pemerintah harus berani bertindak tegas agar APBD benar-benar memberi manfaat kepada masyarakat dan tidak sekadar menjadi rutinitas birokrasi.
Pada sektor pendidikan, Pemerintah justru memperkuat alokasinya meskipun fiskal daerah tertekan akibat pemotongan dana transfer pusat.
Dharmasraya menjadi salah satu dari 105 lokasi nasional yang menjalankan pembangunan Sekolah Rakyat, diperuntukkan bagi anak-anak tidak mampu dengan sistem asrama dan layanan gizi yang ditanggung negara.
Selain program pendidikan gratis, pemerintah menyiapkan Beasiswa Dharmasraya Juara berbasis STEM untuk memperkuat daya saing generasi muda dalam bidang sains, teknologi, matematika, dan rekayasa. Program ini sejalan dengan target peningkatan skor PISA nasional dan mendorong terciptanya tenaga kerja dengan kompetensi global.
Akses pendidikan digital juga diperluas melalui penyediaan internet gratis bagi wilayah blankspot, sehingga kualitas pendidikan tidak hanya bertumpu pada penyediaan fasilitas fisik, tetapi juga pada pemerataan akses teknologi. Pemerintah meyakini bahwa transformasi pendidikan harus berbasis pemerataan akses belajar.
(Afriza Dedek)







