Tebing Batang Lembang Digerus Abrasi, Belasan Rumah Warga Koto Baru Dibayangi Ambruk
Beritanda.net – Banjir Batang Lembang selalu menjadi momok bagi yang bermukim di tepi sungai, terutama warga yang berada di bantaran sungai di kawasan Kelok Sawah Tapi, Koto Baru, kecamatan Kubung, Kabupaten Solok.
Warga setempat kini terancam abrasi pada tebing sungai yang terus digerus hantaman air. Hingga suasana hati nan galau, entah kemana ditumpangkan, Hari-hari dilalui dengan nelangsa, berharap tiba keajaiban untuk mencegah terjadinya bencana ambruk.
Ada sekitar 12 KK warga Koto Baru yang bermukim di pinggir batang air itu,dan selalu merasa cemas karena perumahan mereka terancam ambruk.
Dari pantauan, sederet pinggir sungai Batang Lembang, mulai dari pondasi jembatan utama lintas Solok – Padang, kerusakan tebing sungai sudah berbilang tahun mengancam kenyamanan warga yang tinggal di Kelok Sawah Tapi tersebut.
Sebuah rumah bahkan tampak menunggu waktu saja untuk benar-benar ambruk, karena tanah pondasinya sudah genting di gerus luapan air.
“Saat banjir besar tempo hari, kami benar-benar merasa cemas rumah akan hanyut karena kerusakan tanah tebing sungai semaki melebar,” kata Yon (65), Minggu (7/12/25) di Kotobaru.
Melihat kondisi sekarang, terkesan rumah pendudukan yang mengejar tebing sungai karena berdiri persis pada sisi sungai. Padahal sebaliknya, sungai yang terus mengancam perumahan tersebut.
“Dulu rumah-rumah warga itu jauh dari pinggir sungai. Tapi karena tanah tebingnya terus nengalami abrasi dan runtuh, seolah-olah masyarakat yang sengaja mendirikan rumah persis di tebing sungai,”ungkap Yon.
Atas kondisi itu, pengusaha rumah makan Kalio Baluik yang juga tinggal di tepi Batang Lembang itu, menaruh harapan perhatian lebih dari pemerintah untuk melanjutkan proyek pengendalian banjir dengan melakukan Normalisasi Batang Lembang (NBL).
Ia menyebut, proyek NBL untuk pengendalian banjir yang telah dilakukan dibagian hilir jembatan Kotobaru, mendesak disambung ke bagian atas guna mengatasi ancaman abrasi agar tidak meluas.
” Ada sekitar 12 rumah penduduk yang terancam kena abrasi sungai jika tidak cepat diatasi dengan melakukan Normalisasi,” ulangnya.
Yon Kalio Baluik mengharapkan pemerintah Kabupaten Solok menaruh perhatian serius untuk mengajukan lanjutan proyek Normalisasi Batang Lembang kepada Pemerontah Provinsi Sumbar atau Pusat.
“Tidak usah seluruh pinggir tepi sungai yang di dam, paling tidak agak 1 kilometer timbal balik, atau sekitar 500 meter pada kedua pinggir sungai dari arah jembatan, sudah sangat mendesak dilakukan pembuatan dinding guna pengendalian banjir,” harapnya.
Ia memastikan, kalau masalah tanah yang terdampak proyek pengendalian banjir tidak ada masalah. Masyarakat yang memiliki lahan di timbal balik sungai bersedia melepasnnya.

Sama harapnya dengan warga, tokoh pemuda Koto Baru Wandi Malin Marajo mengungkap, kegiatan pengendalian banjir benar-benar menjadi kebutuhan pada kedua bantaran sungai Batang Lembang, khusunya dibagian atas jembatan Koto Baru.
Alasannya selain mengancam lahan warga, yang paling riskan karena ada rumah penduduk yang seperti terus dikejar musibah akibat gerusan air sungai Batang Lembang semakin melebar.
“Apalagi di sebelah kanan sungai, tebingnya relatif tinggi dari pemukaan air, membuat warga bertambah cemas karena tanahnya sangat rapuh,” jelas Wandi.
Karena persoalan banjir selalu menjadi momok warga saban waktu, maka diharapkan betul perhatian pemangku kepentingan di negeri ini untuk mencurahkan sumber daya guna membenahi pinggir sungai Batang Lembang di nagari Koto Baru hingga tuntas.
Wandi menyebut, tatkala perhatian banyak pihak tercurah untuk melakukan recovery dan rekonstruksi kawasan terdampak bencana banjir dan longsor, pada waktu yang sama sejumlah warga nagari Koto Baru, justru merasa gelisah karena huniannya selalu dibayangi abrasi sungai Batang Lembang.
( Melatisan )
.





