Ari dan Japang: Dua Anak Selayo di Pusaran Bursa Pemilihan Ketua KONI Kabupaten Solok
Beritanda – Agenda pemilihan kepala daerah sudah final! Melahirkan pasangan pemimpin energik – Jon Firman Pandu-Candra – sebagai Bupati dan Wakil Bupati Solok periode 2025-2030. JFP-Candra bahkan sudah dilantik pula, Kamis (20 Februari 2025) oleh Presiden Prabowo di Jakarta,
Namun aroma-aroma Pilkada masih kental tersisa di daerah (dulu) penghasil buah Markisa itu, karena tiba-tiba muncul ruang suksesi yang lebih seksi sebagai dampak ikutan dari komitmen hasil Pilkada Kabupaten Solok itu sendiri.
Ruang suksesi yang paling menumbuhkan aroma menggiurkan itu adalah di bidang olahraga, terutama kaitannya dengan pemilihan Ketua KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia) Kabupaten Solok yang selama kurun 4 tahun “tarandam” akibat arogansi penguasa yang dengan santainya menumbalkan pandemi Covid sebagai alasan klise.
Tetapi ternyata Tuhan masih sangat sayang kepada masyarakat Kabupaten Solok. Rezim penguasa sebelumnya sebagai pihak yang alpa terhadap pembangunan bidang olahraga, akhirnya tumbang juga dalam kotak suara Pilkada tanggal 27 November 2024 lalu, hingga kemudian memunculkan pasangan penuh harapan Jon Firman Pandu (JFP)-Candra sebagai Bupati dan Wakil Bupati Solok.
Praktis, sorak-sorai sebagai ungkapan kegirangan hati masyarakat menyambut kehadiran kepala daerah produk koalisi partai Gerindra, PKS dan PDI-P ini sangat kental diseantero Kabupaten Solok. Termasuk, bagi pemerhati dan praktisi olahraga yang bernaung dalam organisasi KONI sebagai menjadi induk dari 38 Cabang Olahraga (Cabor) prestasi, ikut merasakan eforia.
Belakangan, bermunculanlah nama-nama yang dipandang mampu mengembalikan marwah KONI Kabupaten Solok yang hari ini telah “mati pucuk”. Kata mantan Wakil Ketua KONI sebelumnya, Yutiswandi Malin, pas benar momentum pemilihan Ketua KONI dengan Periode kepengurusan 2020-2024 yang juga telah berakhir.
“Kini era sudah berganti! Setiap masa ada orangnya, setiap orang ada masanya. Maka kini waktu yang tepat untuk membentuk kepengurusan baru, ya ndak?” ujarnya.
Dimotivasi keinginan besar untuk membangkitkan dunia olahraga Kabupaten Solok, maka sederet nama yang dihembus-hembus akan mampu menakhodai KONI, secara diam-diam, bahkan ada yang sangat terbuka mulai bergerilya melakukan lobi-lobi dukungan kepada Cabor olahraga sebagai pemegang mandat tertinggi dalam Musyawarah KONI Kabupaten Solok.
Diantara nama-nama yang digadang-gadang sebagai kandidat kuat calon Ketua Ketua KONI Kabupaten Solok periode 2025-2029, nyaris semuanya mengaku sebagai orang dekat Bupati terpilih JFP-Candra dan malah berani mengklaim telah mendapat dukungan penuh untuk mengurus organisasi olahraga di Kabupaten Solok.
Padahal, memilih ketua KONI Kabupaten Solok bukan menentukan pejabat di pemerintahan Kabupaten Solok. Ia lebih ditentukan oleh kepercayaan Cabang Olahraga untuk mengurusnya. Karena itu, JFP-Candra sebagai nahkoda baru di Kabupaten Solok diyakini tidak akan “terlalu” campur tangan dalam kaitan pemilihan ketua KONI.
Meski sejujurnya kepala daerah pasti akan memberikan dukungan kepada orang yang berkompeten, tetapi sangat naïf jika dalam proses pemeilihan JFP-Candra sampai terlalu jauh mencampurinya. Karena itu, para kandidat mestinya tidak perlu menjual-jual nama JFP-Candra sebagai orang dekat atau tim sukses yang dipercaya untuk mengurus olahraga. Bertarung sajalah secara sportif. Bukankah organisasi yang akan dipimpin merupakan kelompok para patriot yang lebih mengedepankan soprtifitas.
Tetapi berandai-andai juga kita, jika sinyalemen pemaksaan kehendak itu benar dilakukan Bupati dan Wakil Bupati Solok tentang siapa yang harus menjadi Ketua KONI, memberi garansi atau dukungan kemenangan kepada salah seorang kandidat yang bersaing, maka dapat dipastikan “pisang akan berbuah dua” kali. Luka lama akan terulang lagi, karena disitulah sesungguhnya cerminan arogansi kekuasaan, yang hakikatnya sangat kontras dengan tagline Sejuk dan Damai.
Benar, hampir semua masyarakat sudah tahu, KONI hari ini butuh sosok yang mampu membangkitkan kembali prestasi olahraga. Karenanya, dukungan secara moral memang diharapkan dari kepala daerah. Tetapi sejatinya yang lebih menentukan arah kemajuan KONI adalah pemilik suara sah melalui forum Musyawarah Olahraga Kabupaten (Musorkab) yang segera akan digelar.
Menjadi Ketua KONI hari ini sangat berat, bro. Tidak semata-mata duduk manis dibalik meja sambil menunggu anggaran pembinaan tiba, tetapi lebih kepada kemampuan managerial dan konsolidasi atlet berprestasi dari berbagai cabor. Disini, prestasi harus menjadi prioritas utama. Ketua bersama jajaran pengurus, harus punya komitmen kuat untuk menghidupkan KONI.
Aria Tiawardana, Olahragawan Sejati
Banyak nama yang awalnya mengapung atau sengaja diapungkan menjadi Ketua KONI Kabupaten Solok. Diantara deretan nama tersebut, hampir semuanya merupakan tokoh yang berada di lingkaran tim sukses JFP-Candra. Namun belakangan, yang sangat santer dibicarakan sebagai kandidat kuat menjadi ketua KONI telah mengerucut kepada Jerzi Pafiluisco,S.Pd atau karib dipanggil Japang, dak Aria Tiawardana,S.Hum
Setentang Aria Tiawardana ini, adalah sosok yang tidak boleh dianggap sepele dalam dunia olahraga Kabupaten Solok. Alumni fakultas Sastra Inggris Universitas Bung Hatta ini merupakan praktisi olahraga yang masih aktif melakukan pembinaan hingga kini, khususnya di bidang beladiri Kempo.
Kemunculan Ari, begitu anak Salayo ini disapa, tentunya bukan ujug-ujug. Para insan olahraga Kabupaten Solok sudah sangat kenal dengan peraih 5 medali emas pada ajang Porporv Sumatera Barat itu, karena tercatat sebagai tokoh kunci dibalik posisi empat besar Kabupaten Solok yang diperoleh pada Porprov XV lalu.
“Insya Allah, saya siap mengemban tugas Ketua KONI Kabupaten Solok jika diberi amanah. Karena itu, Bismillah, saya maju!,”kata Aria Tiawardana kepada media ini, Sabtu (21/2/) di Selayo.
Ari, anak Selayo kelahiran Jakarta 9 Maret 1980 itu mengaku, menjadi ketua KONI Kabupaten Solok bagi dirinya bukan sedang mencari pekerjaan, tetapi lebih sebagai solusi dari bentuk kecintaannya kepada dunia olahraga dan ingin membangkitkan marwah Kabupaten Solok di bidang Olahraga.
Pria dengan tinggi 169 Cm yang tinggal di Perumahan Gardena Mahesa Jorong Subarang, Kotobaru itu, sejak masih sekolah di SMP dan SMA 1 Kubung, telah malang-melintang sebagai atlet olahraga beladiri Kempo. Bahkan hampir seluruh saudaranya, adik-beradik, merupakan Kenshi olahraga Kempo, karena ayahnya tercatat sebagai orang pertama yang mendirikan Dojo Kempo pertama di Kabupaten Solok, yakni Dojo Nurul Iman Selayo.
Dalam perjalanan kariernya sebagai atlet beladiri Kempo, saudagar beras sekaligus pengusaha heller Ande Lurah nan Tigo ini, selain pernah menyumbangkan medali perunggu dan perak, tercatat lima keping medali emas dipersembahkannya untuk kontingen Kabupaten Solok di ajang Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Sumatera Barat, mulai dari Porprov Sumbar di Pasaman (Tahun 1996), Porprov Sumbar di Payakumbuh (2000), Porprov Sumbar di Pesisir Selatan (2002) Poprov Sumbar di Kabupaten Solok (2004) dan Porprov Sumbar di Kota Sawahlunto (2009).
Selepas menjadi kenshi (atlet), Ari kemudian bermertamorfosa menjadi pelatih (Senpai) olahraga Kempo. Pada tahun 2010, ia bahkan dipercaya sebagai pelatih Popnas Sumbar, kemudian tahun 2011 menjadi Pelatih Kejurnas Bogor dan Tahun 2012 Pelatih Kejurnas Tanggerang.
“Sejak tahun 2014 hingga sekarang, saya menjadi Sekretaris di Perkemi Kabupaten Solok,” tegasnya.
Dengan majunya Aria Tiawardana, dipastikan ada dua anak Selayo yang berada di pusaran Bursa Pemilihan Ketua KONI Kabupaten Solok. Kedua putra Selayo ini merupakan tokoh potensial dibidangnya, yang satu olahragawan sejati dan yang satu lagi, Jerzi Pafiluisco Japang, S.Pd, merupakan politisi berlatar belakang Wakil Sekretaris PCNU Kabupaten Solok. Ayok, anda pilih siapa?
(Melatisan)