Oleh: Zul Muncak
Prosesi penyaluran hak politik dalam kontestasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak tahun 2024 telah selesai. Hasilnya juga telah tergambar jelas pada hitung cepat atau quick count sementara, termasuk hasil Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Solok yang diikuti tiga pasang calon.
Meski masih menunggu penghitungan dan pengumuman resmi dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) setempat, tetapi dari hasil hitung cepat Pasangan Jon Firman Pandu-Candra diyakini akan melenggang mulus menjadi pemimpin baru di daerah penghasil bareh Solok dan Bawang Merah itu.
Pasangan nomor urut 3: Jon Firman Pandu- H. Candra (JFP-Candra) menang besar dan jauh meninggalkan 2 pasangan lain. JFP-Candra meraup 54,46% atau setara 88.536 suara, pasangan nomor urut 2 yang digadang-gadang sebagai kandidat kuat karena ditempati oleh istri Bupati Solok saat ini, yakni Hj. Emiko berpasangan dengan Irwan Afriadi, hanya memperoleh dukungan 28,26% atau sebanyak 45.943 suara. Sedang nomor urut 1 Budi Satriadi-Hardinalis Kobal cuma mampu mengumpulkan sekitar 17, 28% atu 28.092 suara.
Praktis kemenangan besar JF -Candra ini disambut dengan haru-biru oleh Tim Sukses, Relawan, para pendukung dan masyarakat luas. Semua bergembira. Bahkan pada malam setelah pemilihan, di sejumlah titik lokasi langsung menggelar syukuran dan pertemuan riang gembira.
Eforia yang tinggi sebagai bentuk pelampiasan kegembiraan yang tersumbat adalah sesuatu yang wajar dalam setiap moment Pilkada. Apalagi kemenangan Paslon nomor urut 3 itu diperoleh dari hasil perjuangan fanatisme dan militansi tinggi yang sejatinya merupakan warna akumulasi dari kekecewaan, kepiluan dan arogansi yang kuat atas prilaku penguasa sebelumnya.
Eforia yang luar biasa dari pendukung JFP-Candra menjadi wajar diterima karena tak menyangka bisa mengalahkan istri bupati Solok yang belakangan suka dipanggil dengan sebutan bundo Emiko itu. Apalagi sang bundo berpasangan dengan Irwan Afriadi yang juga disebut-sebut sebagai “Iwan Sangir”.
Melihat gambar balihonya saja, paslon nomor urut 2 yang dikenal dengan tagline Bersemi itu, jelas memiliki sumbar daya yang kuat dari sisi finasial dan bahkan mampu mengarahkan kelompok aparatur yang berpura-pura netral.
Tetapi takdir berkata lain. Usaha ternyata tidak mengkhianti hasil. Dari pantauan pada situs resmi KPU, paslon Jon Firman Pandu-Candra terlihat menang telak di sejumlah nagari di wilayah Kecamatan Kubung, seperti Selayo dan Kotobaru. Dua nagari ini yang sebelumnya dihemhus-hembuskan sebagai lumbung suara Emiko-Irwan, ternyata disasau oleh JFP-Candra.
Fenomena serupa juga terjadi hampir di semua kecamatan. Di kecamatan Gunung Talang misalnya, bahkan di nagari-nagari di Kecamatan Lembah Gumanti dan Hiliran Gumanti, JFP-Candra juga menang telak dan hanya menyisakan sedikit untuk Paslon nomor 2 dan nonir urut 1.
Ini Birokrasi, bro
Kini, eforia itu masih berlanjut. Setidaknya ekspresi kegirangan itu masih menyala di dunia maya. Disejumlah flatform media social, seperti FB, Instagram dan TikTok, luapan kegembiraan tim JFP-Candra masih wara-wiri dengan beragam kreasi. Diprediksi sampai masa pelantikan pada Januari atau Februari 2025 warna kegirangan hati itu tetap akan menyala.
Ekspresi itu sebuah keadaan yang lumlah. Lepaskan sajalah, jangan ditahan tahan. Basionjak lah, jangan malu-malu, karena kemenangan itu memang dengan susah payah mendapatkanya. Dengan segala keterbatasan dan kekurangan, akhirnya JFP-Candra unggul dari sisi semangat dan fanatisme. Bahkan tanpa iming-iming dalam bekerja politik.
Kewajaran itu seharusnya juga bisa diterima logika, ketika kemudian para pejabat dilingkup Pemerintah Kabupaten Solok yang tadinya alergi bersentuhan dengan Jon Forman Pandu dalam kapasitasnya sebagai Wakil Bupati Solok, tiba-tiba muncul bagaikan semut ke gula. Mereka mulai mengerubungi dengan alasan hubungan birokrasi.
Fenomena langka bahkan terjadi ketika memperingati HUT KORPRI Ke 53 tahun 2024 pada Jumat (29/11) di Arosuka. Jon Firman Pandu yang sebelumnya hampir tidak pernah mendapat panggung, tiba-tiba berdiri di podium sebagai Inspektur Upacara. Gagah benar Jon Firman Pandu hari itu, mesti tidak dalam atmosfir jumawa. Ia tetap dengan kesehariannya, familiar dan selalu menebar senyum.
Ironisnya, aroma koordinasi menjadi tidak wajar, ketika diantara pejabat yang datang malu-malu ke ruang kerja Wakil Bupati dengan alasan brokrasi, ada penampakan lucu. Bahkan dalam foto yang beredar, “sosok lucu” itu duduk cengar-cengir diantara kumpulan pejabat yang sedang setor muka dengan berpakaian resmi
Suasana pertemuan antara atasan dan bawahan benar-benar menjadi hambar. Menjadi tidak etis dari sisi birokrasi, apalagi ketika menerjemahkan tagline Sejuk dan Damai, yang dibaliknya mengandung nilai tatakrama dan adab birokrasi. Memprihatinkan, karena kehadiran para “pembisik” dalam garis birokrasi disangsikan akan ancau kabirau. Jon Firman Pandu perlu arif dalam suasana ini.
Tagline Sejuk dan Damai yang diusung paslon JFP Candra, sesungguhnya tidak menafikan regulasi dan aturan birokasi. Karena itu jangan direcoki. Bagaimanapun, dalam kondisi hari ini, pejabat yang masih aktif, senang tidak senang, tetap menjadi bagian dari pemerintahan Kabupaten Solok. Jadi, biarkan saja mereka berkoordinasi dengan komandannya. Jangan nimbrung pula kita didalamnya. Ini birokrasi, bro. Bukan Timses lagi!
Benar, ada banyak pejabat yang alergi dengan kemenangan JFP-Candra, karena faktor dugaan keberpihakan saat Pilkada berlangsung. Banyak yang tidak mendukung. Bahkan ada diantaranya yang berani menggoreng isu untuk menjatuhkan kredibelitas Jon Firman Pandu. Pola pola jahat itu terjadi secara masif dan terstuktur di lingkungan pemerintahan. Apalagi ketika mereview perasaian Jon Firman Pandu selama menjabat sebagai Wakil Bupati Solok. Sudah bergelanggang mata orang banyak, Pejabat-pejabat itu selama ini seperti mau “muntah” melihat sosok JFP.
Maka, dalam eforia kemenangan itu, kalau memang ingin balas dendam, ingin menyisihkan “bareh dengan atahnya”, ya mbok nanti saja. Ada pula fasenya. “Belanda masih jauh”. Jangan sekarang dimainkan. Jangan sekarang dibisikin, karena induk semang gadang mereka, atau Bupati Solok hari ini, masih tetap Epyardi Asda sampai masa pelantikan.
Janganlah masuk benar ke “lapangan”. Di tepi-tepi saja dulu. Jangan perlihatkan benar kebiasaan lama, menjadi tokoh kesiangan. “Berminyak air” jugalah sedikit. Mentang-mentang (merasa) menang dalam Pilkada, lalu bersilantas angan pula masuk kantor dan berlagak seperti orang satu-satunya yang mengantarkan kemenangan JFP Candra. Jangan ya? Kasihan JFP-Candra, karena mengurus pemerintahan Kabupaten Solok beda banget dengan mengelola Timses Pilkada. Ya ndak..?
(Penulis Wapimpred Beritanda.net)