Beritanda.net – Tim PKM Universitas Andalas berupaya meningkatkan swadaya masyarakat dalam meningkatkan produksi sayuran sehat, dengan menggelar pelatihan pembuatan Saprodi berbasis sumber daya lokal.
Dengan tema “Pemberdayaan Gapoktan Sepakat Nagari Candung Koto Laweh dalam Pengembangan Sayur Sehat Bersertifikat Prima untuk Peningkatan Ekonomi Masyarakat”, kegiatan pelatihan ini merupakan Program Kemitraan Masyarakat Membantu Usaha Berkembang (PKM-MUB) dengan Judul “Sosialisasi dan Pelatihan Pembuatan Amelioran dan Biopestisida Berbasis Sumber Daya Lokal”, Rabu, (2 Juli 2025) lampau, di Aula Kantor Nagari Canduang Koto Laweh, Kecamatan Canduang, Kabupaten Agam.
Kegiatan pelatihan ini diikuti petani sayur sehat bersertifikat prima Canduang, Sekretaris Dinas Pertanian, Camat Canduang, Koordinator BPP Canduang beserta PPL dan Wali Nagari Canduang Koto Laweh.
Potensi Pertanian
Kabupaten Agam, khususnya Kenagarian Canduang Koto Laweh Kecamatan Canduang, menunjukkan potensi pertanian yang signifikan, yang dibuktikan dengan banyaknya sertifikasi Prima 3 (± 100 sertifikat) untuk sayuran.
Namun realisasi potensi ini terhambat akibat terbatasnya teknologi yang diperoleh petani dalam memproduksi saprodi (bahan amelioran dan biopestisida) yang sumbernya ada disekitar daerah lokasi pengabdian (SDL).
Disamping itu tantangan pemasaran yang kompleks, termasuk kelembagaan pemasaran yang belum optimal, segmentasi pasar yang belum jelas, dan kebijakan pemerintah yang kurang mendukung produsen sayuran sehat.
Ketua Pengabdian, Prof. Herviyanti mengatakan, upaya kolaboratif antara Umamd dan Gapoktan Sepakat Kenagarian Canduang Koto Laweh, melalui program penelitian terapan DIKTI tahun 2022-2024, telah melakukan pengelolaan sayur sehat dari hulu kehilir. Namun efikasi pemasaran masih terbatas karena tidak adanya lembaga pemasaran berkelanjutan seperti BUMNag (Badan Usaha Milik Nagari) dan ketergantungan pada strategi pemasaran langsung dengan jangkauan terbatas.
Begitu pula dengan saprodi SDL yang dimanfaatkan petani . menurut Prof. Herviyanti, masih terbatas seperti kompos dan pupuk hijau. Maka urgensi pengabdian ini untuk mengembangkan model pemasaran yang efektif dan berkelanjutan bagi sayuran sehat bersertifikat Prima di Gapoktan Sepakat.
“Hasil pengabdian diharapkan mampu mengatasi hambatan pemasaran, meningkatkan nilai tambah produk pertanian melalui produk olahan, memperluas akses pasar, sehingga konsistensi dan minat petani dalam memproduksi sayur sehat bersertifikat bisa meningkat,” jelasnya,
Dari skedul kegiatan. pelatihan yang dilakukan Tim PKM Unand terdiri dari:
1.Pelatihan Proses pembuatan SAPRODI lokal seperti Senyawa Humat Cair, PGPR, Asam Laktat, Eksplorasi Mikroba 2, Asam Amino (Narasumber : POPT Mefita Meysa, SP).
2.Pelatihan pembuatan dan perbanyakan dari jamur Beauveria untuk perlindungan hama terpadu secara hayati (Narasumber: Nanda Saputra, SP, Mahasiswa S2 HPT UNAND).
3.Melalui pelatihan ini dibagikan 1 liter PGPR dan 1 liter. Senyawa Humat Cair sebagai tester bagi petani agar dapat mengaplikasikan SAPRODI Lokal. Untuk praktik langsung petani dalam penggunaan Saprodi yang dihasilkan.
Prof Herviyanti sebagai Ketua Pengabdian menyampaikan, bahwa dengan adanya keterampilan petani dan masyarakat untuk menghasilkan sendiri Amelioran dan Biopestisida dengan memanfaatkan sumber daya lokal, maka dapat memudahkan kegiatan pertanian sayuran sehat dan mendukung keberlanjutan sayuran sehat.
Sementara itu, Prof. Melinda Noer dalam kapasitasnya sebagai tim pengabdian menambahkan, pertanian sayuran sehat yang didukung oleh swadaya Sarana Prasarana Produksi (Saprodi) masyarakat dari berbagai kalangan, seperti petani, KWT, BUMNag, berpotensi meningkatkan penghasilan dan perekonomian setiap pihak.
“Apalagi jika saprodi yang dihasilkan juga turut menjadi supplier saprodi yang dibutuhkan oleh daerah lain yang menghasilkan sayuran sehat bersertifikat juga,”jelasnya.
(M. Afrizal)